Selasa, 08 Oktober 2013

PROSES DALAM RISET PEMASARAN

PROSES DALAM RISET PEMASARAN

LANGKAH 1 :
DEFINISI MASALAH
Meliputi kegiatan pembahasan dengan pembuatan keputusan, wawancara dengan pakar industri, analisis data sekunder, dan mungkin beberapa riset semisal fokus grup

LANGKAH 2 :
PENGEMBANGAN PENDEKATAN TERHADAP MASALAH
Terdiri dari formulasi tujuan atau bingkai kerja teoritis, model analitis, pertanyaan riset, serta hipotesis dan identifikasi informasi yang diperlukan

LANGKAH 3:
FORMULASI RANCANGAN RISET
Rancangan riset adalah bingkai kerja atau cetak biru untuk melaksanakan riset yang merinci prosedur yang penting untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang bertujuan untuk merancang sebuah pengujian yang akan menguji hipotesis dari hal yang diteliti, menentukan jawaban yang mungkin bagi pengayaan riset serta menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan.

LANGKAH 4 :
KERJA LAPANGAN DAN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data melibatkan tenaga lapangan yang beroperasi di lapangan, seperti: wawancara personal, wawancara telepon, wawancara surat.

LANGKAH 5 :
PENYIAPAN DAN ANALISIS DATA
Terdiri dari proses edit, penyediaan, transkripsi, dan verifikasi data. Setiap format kuesioner diperiksa.

LANGKAH 6:
PENYIAPAN DAN PRESENTASI LAPANGAN
Keseluruhan proyek harus didokumentasikan dalam sebuah laporan tertulis.

Rabu, 02 Oktober 2013

Teori Etika Bisnis


Kata “Etika” itu berasal dari dari kata Yunani yaitu ‘Ethos,’ yang artinya adat istiadat. Etika bisa dibilang sebagai kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika itu punya kaitan sama nilai-nilai, tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan termasuk juga semua kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang lain, atau dari satu generasi ke generasi yang lain.
Etika
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika)

Teori Etika
Ada 2(dua) macam teori etika, yaitu :
1.      Teori Deontologi, yaitu : berasal dari bahasa Yunani, “Deon” berarti kewajiban. Sehingga Etika Deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan yang dilakukan, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada diri sendiri. Dengan kata lainnya, bahwa tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.Contoh: suatu tindakan bisnis akan dinilai baik bagi pelakunya, melainkan karena tindakan itu sejalan dengan kewajiban pelaku, dengan memberikan pelayanan yang baik kepada konsumennya, menawarkan barang dan jasa yang mutunya sebanding dengan harganya. Sehingga tindakan itu tidak ditentukan oleh akibat atau tujuan baik dari tindakan itu.
2.      Etika Teologi, yaitu etika yang mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibatnya yang ditimbulkan atas tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai baik, jika bertujuan mencapai suatu yang baik, atau akibat yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat. Misalnya: mencuri sebagai etika teleology tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan itu dinilai baik. Contoh seorang anak mencuru untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit, tindakan itu baik untuk moral kemanusiaan tetapi dari aspek hokum jelas tindakan ini melanggar hokum. Sehingga etika teologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi khusus tertentu. Karena itu setiap norma dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam situasi sebagaimana dimaksudkan.
Sumber :